Pada peringatan Hari Pangan Sedunia 2023, Indonesia dan dunia berhadapan dengan krisis pangan yang mengkhawatirkan. Sebanyak 16,2 juta orang di Indonesia diproyeksikan akan mengalami kelaparan, sementara lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia berjuang melawan kelaparan akut. Faktor-faktor kompleks seperti perubahan iklim, persaingan lahan, pandemi, dan kebijakan pangan yang buruk berkontribusi pada krisis ini.
1. Perubahan Iklim dan Bencana Alam
Perubahan iklim membawa dampak buruk berupa badai, banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem. Suhu yang meningkat dapat merusak hasil pertanian dan menyebabkan kekurangan air, mengancam mata pencaharian para petani.
2. Persaingan Lahan
Pertumbuhan perkebunan dan kota-kota di negara berkembang meningkatkan permintaan akan lahan. Terkadang, lahan yang bisa digunakan untuk pertanian digunakan untuk tujuan lain, seperti pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
3. Kebijakan Pangan yang Kabur
Kebijakan pangan yang tidak jelas atau merugikan petani kecil memengaruhi harga pangan dan tekanan pada kelompok rentan. Reformasi kebijakan diperlukan untuk mendorong keberlanjutan pangan.
4. Dampak Pandemi
Pandemi global telah mengganggu rantai pasokan makanan dan meningkatkan harga serta kelangkaan makanan. Kelompok miskin menjadi paling terdampak.
Untuk mengatasi krisis ini, United Nations mendorong penguatan sistem pangan dan bantuan keuangan bagi yang terdampak. Namun, tantangan ini kompleks dan memerlukan dukungan internasional yang lebih besar.
Semua upaya harus difokuskan pada mengatasi krisis pangan dan membantu yang membutuhkan, dengan mempertimbangkan perubahan iklim, persaingan lahan, kebijakan pangan yang lebih baik, dan dampak pandemi. Upaya bersama dibutuhkan untuk menciptakan dunia yang bebas kelaparan.